Source : http://www.hipwee.com/list/mengenal-7-rumpun-suku-dayak-di-pulau-kalimantan/ |
Bukan lautan, hanya kolam susu.
Kali dan jala cukup menghidupimu.
Tiada badai, tiada topan kau temui.
Ikan dan udang menghampiri dirimu.
Orang bilang tanah kita tanah surga.
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman.
Orang bilang tanah kita tanah surga.
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman.
Itulah gambaran negara Indonesia dalam potongan lagu Kolam Susu oleh Koes Plus, band legendaris kebanggaan Indonesia. Setiap baitnya menggambarkan bhawa betapa kaya, subur, luas dan indahnya lautan dan daratan Indonesia. Ribuan kebudayaan yang dimiliki oleh setiap daerah menjadi ciri khas sebagai kepunyaan daerah tersebut. Karena hal itulah, Indonesia dikenal dengan negara dengan keanekaragaman terbesar didunia.
Salah satu dari kebudayaan Indonesia yang memiliki pesona dan karakteristik yang tak kalah indah dengan kebudayaan lainnya yaitu terdapat pada Suku Dayak Ngaju. Terletak di provinsi Kalimantan Tengah, merupakan suku asli dari provinsi ini. Suku ini sangat khas dengan sungai terpanjang di Indonesia, sungai Kapuas, yang kebanyakan masyarakatnya tinggal di bantaran sungai tersebut dan menjadikannya sebagai sumber utama penghidupan mereka. Ada juga dari masyarakat mereka yang tinggal di bantaran sungai Kahayan, Rungan Manuhing, Barito, Katingan dan lain-lain. Ngaju sendiri memiliki arti yaitu udik. Suku Dayak Ngaju memiliki keindahan tersendiri pada keragaman budaya yang dimilikinya. tidak hanya satu atau dua budaya, tetapi ratusan. Keanekaragaman hayati yang terkandung didalamnya, serta potensi kearifan lokalnya pun menjadi daya tarik tersendiri bagi suku Dayak Ngaju.
Potret kehidupan masyarakat Dayak Ngaju Kapuas yang tinggal dibantaran sungai |
Suku Dayak Ngaju yang beragam dan multietnik, memiliki tradisi empat kultur budaya setempat yang lebih cenderung bersifat universal sehingga berkarakter responsif terhadap sesama atau interaksi dengan pendatang yang menetap sebagai penduduk di wilayah ini, dapat terbantu untuk cepat beradaptasi dan akan rukun berdampingan dengan masyarakat dari suku lain dengan damai.
Budaya yang baik sebagai nilai essensial masyarakat Dayak Ngaju diwariskan oleh nenek moyang dan leluhur terdahulu, salah satunya melalui Sansana Bandar. Merupakan sastra lisan tradisional, sansana tergolong folkor yang merupakan bentuk kesenian yang diwujudkan melalui bahasa. Sastra adalah fiktif berangkat dari fakta yang dialami oleh seniman sastra, berfungsi keteladanan dan berisi nilai ideal, berkarakter yang responsif (Efendi, 2011), Sansana sendiri dulunya berfungsi sebagai sarana komunikasi (Lambut, 2013).
Sansana, jika diteliti lebih dalam akan terungkap akar kata sana yang artinya memberitahukan. Dari akar kata tersebut, terjadilah kata pasanan yang berarti pemberitahuan atau pengumuman. Sana-sanan berarti beritahu sebarluaskan, berarti sesuatu yang disebarluaskan atau diberitahukan kepada warga suku, tidak hanya dongeng teteapi juga merupakan pengetahuan tentang sesuatu itu, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwasannya sansana adalah pengetahuan suku yang disebarkan kepada umat suku (lambut, 1978). Kata sansana secara etimologi bermuara dari kata sanan yang artinya 'memberi tahu, memberi pengetahuan, memberi pengumuman kepada orang banyak'. Sansana adalah prosa daerah sarana transformasi nlai budaya oleh nenek moyang suku dayak Ngaju dan memiliki nilai estetika tersendiri didalamnya.
Bandar Busu Pejan Tarahan adalah judul sansana salah satu versi legenda epik Dayak Ngaju yang menggambarkan kehidupan sosial, religi, adat istiadat khususnya sansana ini mengungkapkan upacara adat perkawinan, tatanan kehiudpan bermasyarakat, hingga upacara religi kematian suku Dayak Ngaju pengaruh agama asli suku Kaharingan. Bandar merupakan simbol pemimpin suku yang ideal, sosok yang dikagumi dan imajinasi fantastik impian masyarakatnya.
Nilai-nilai budaya yang nampak dari Sansana Bandar Busu Pejan Tarahan ini memang unik dan dapat dijadikan sebaai acuan pokok moto suatu lingkungan atau organisasi. Berdasarkan teks sansanan Bandar Busu Pejan Tarahan, maka nilai-nilai budaya yang terkandung didalamnya bersifat universal, artinya dapat diimplementasikan tidak hanya oleh suku yang memiliki kebudayaan sansana ini (Suku Dayak), tetapi justru oleh seluruh bangsa Indonesia. Nilai budaya yang mengakar seperti kstaria, religius dan santun dapat dijadikan sumber nilai, serta teks Sansana Bandar Busu Pejan Tarahan ini dapat dijadikan sebagai pembelajaran karakter dan kecerdasan emosional karena memuat makna nilai yang bersifat universal atau menyeluruh, sebagai interpretasi yang logis.
Bandar Busu Pejan Tarahan adalah judul sansana salah satu versi legenda epik Dayak Ngaju yang menggambarkan kehidupan sosial, religi, adat istiadat khususnya sansana ini mengungkapkan upacara adat perkawinan, tatanan kehiudpan bermasyarakat, hingga upacara religi kematian suku Dayak Ngaju pengaruh agama asli suku Kaharingan. Bandar merupakan simbol pemimpin suku yang ideal, sosok yang dikagumi dan imajinasi fantastik impian masyarakatnya.
Nilai-nilai budaya yang nampak dari Sansana Bandar Busu Pejan Tarahan ini memang unik dan dapat dijadikan sebaai acuan pokok moto suatu lingkungan atau organisasi. Berdasarkan teks sansanan Bandar Busu Pejan Tarahan, maka nilai-nilai budaya yang terkandung didalamnya bersifat universal, artinya dapat diimplementasikan tidak hanya oleh suku yang memiliki kebudayaan sansana ini (Suku Dayak), tetapi justru oleh seluruh bangsa Indonesia. Nilai budaya yang mengakar seperti kstaria, religius dan santun dapat dijadikan sumber nilai, serta teks Sansana Bandar Busu Pejan Tarahan ini dapat dijadikan sebagai pembelajaran karakter dan kecerdasan emosional karena memuat makna nilai yang bersifat universal atau menyeluruh, sebagai interpretasi yang logis.
Hal unik lain dari sansana Bandar Busu Pejan Tarahan ini antara lain, yaitu tidak semua orang-bahkan-warga yang berlabel orang 'Dayak' pun dapat menyampaikan sansana secara publik kepada khalayak umum. Biasanya, sansana dibawakan oleh seorang Damang dalam istilah bahasa Dayak atau dikenal sebagai 'kepala adat' atau 'kepala suku' yang memiliki gelar bangsawan dan dihormati serta memberi contoh teladan kepada masyarakat dayak. Sansana dibawakan pada hari-hari besar tertentu, kerap kali dibawakan pada malam pergantian tahun. Pada saat itu, seluruh warga akan berkumpul disuatu rumah atau sanggar yang menjadi tempat pertemuan umum seluruh warga. Mereka akan mendengarkan damang menyampaikan sansana secara lisan, diiringi dengan sedikit sentuhan alat musik kecapi yang menyerupai gitar dengan tiga dawai. Sehingga pada saat itu, terjadi transfer nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam sansana tersebut, seperti sikap ksatria dan religious, dan juga mewariskan amanat bagi peminatnya sebagai warisan kearifan lokal yang merupakan kultur masyarakat pemiliknya.
Tradisi lisan bagi masyarakat Dayak Ngaju adalah sarana pembelajaran dan pembentukan karakter yang berimbang antara kepentingagn duniawi dan akhirat, Sehingga sangat pentinglah jika teks Sansana Bandar Busu Pejan Tarahan ini agar dikaji lebih dalam lagi, dalam rangka mempertahankan kultur budaya berupa: keluhuran yang manusiawi, keberadaban yang adil serta kepekaan terhadap rasa estetika agar dapat menjadi manusia yang berguna di era globalisasi dan revolusi kebudayaan sekarang.
Makalah OPSI Sansana Bandar Busu Pejan Tarahan
Tulisan aneh.....Sansana dituturkan oleh Tukang Sansana. BUKAN DAMANG !
BalasHapusTulisan aneh.....Sansana dituturkan oleh Tukang Sansana. BUKAN DAMANG !
BalasHapus